Senin, 29 Juli 2024

Penjelasan Teknis Fase A, Oleh-oleh untuk anakku Kavin

Masih di waktu yang sama, Senin (29/7/2024) usai mendapat arahan dari Kepala SD Negeri Sukabumi 4 Kota Probolinggo, dilanjutkan dengan sharing dan diskusi bersama Wali Kelas I A Bu Intan Megawati dan Wali Kelas I B Ibu Suprinah.

Di sharing dan diskusi ini kami semua wali murid mendengarkan dengan seksama penjelasan kedua walas tersebut. Diantaranya, memperhatikan teknik penulisan anak-anak di buku garis 4mm, buku yang tersedia secara khusus hanya ada di beberapa toko ATK saja di kotaku.

Wali murid diberikan selembar kertas fotokopian, terdapat contoh penulisan huruf kecil a sampai dengan z, lengkap dengan baris ketiga dimulainya menulis dijedah lima baris dibawahnya melanjutkan penulisan dan ditutup dengan garis lurus jedah tiga baris saat sudah selesai penulisan. Sebagai penanda ada 3 titik atau 5 titik, dan seterusnya, yaitu diberi tanda titik di penomoran.

Begitulah yaa teknik penulisan awal mula anak kelas 1 SD. Selain itu ada penggunaan buku kotak kecil (buku khusus seperti buku garis 4mm) digunakan oleh anak-anak pada awal saat ini di kelas 1 SD.

Keterangan hurufnya :

Lurus dengan titik : a, c, e, I, m, n, o, r, s, u, v, w, x dan z

3 garis ke atas : b, h, k dan l

3 garis ke bawah : g, j dan y

2 garis ke atas : d, f dan t

2 garis ke bawah : p dan q

 

Berikut tips membersamai anak saat mengerjakan PR :

1.      Tanyakan pada anak, apa ada PR hari ini

2.      Ikut mendampingi anak saat mengerjakan tugas, agar anak tidak terburu-buru bermain.

3.      Mendampingi anak saat menulis, biarkan anak menulis sendiri di bukunya dan ibu atau ayahnya yang pegang penghapus.

4.      Jangan membiarkan anak mengerjakan sendiri, sementara orang tuanya memiliki kegiatan lainnya. Tetapi alangkah baiknya jika kita duduk bersama-sama, berhadapan atau disebelah anak kita.

5.      Jika PR sudah selesai dikerjakan oleh anak, kita periksa kembali tulisannya.

6.      Selanjutnya, ikut membantu memasukkan kembali buku PR ke dalam tas anak.

 

Terakhir, Walas I A menyampaikan imbauan untuk mengirimkan surat kepada sekolah saat putra-putri kita tidak masuk sekolah. Baik itu izin maupun sakit. Jika sakit, bisa menggunakan surat keterangan dokter. Atau boleh japri ke guru masing-masing kelasnya lewat Whats’ app, jika anak sudah masuk surat ijinnya diperbolehkan ditiipkan pada anak yang nantinya diberikan pada guru kelasnya.

Hal ini dimaksudkan agar terdapat komunikasi yang baik dengan smeua pihak terkait kemungkinan anak ketinggalan ada tugas / PR di sekolahnya. Dan surat ijin tersebut bisa menjadi arsip sekolah.

Saat anak tidak masuk sekolah, bisa menanyakan pada walasnya apakah ada atau tidak ada tugas. Bisa juga menanyakan pada teman sekolahnya. Hal dimaksudkan agar bisa dimasukan ke dalam penilaian tugas agar tidak ketinggalan pelajaran meskipun anak kita tidak masuk sekolah karena dua hal tersebut.

Di kelas 1 SD ini atau dikatakan fase A, jadwal sekolah :

1.      Senin – Kamis kepulangan pukul 11.00 WIB.

2.      Jum’ at dan Sabtu kepulangan pukul 10.25 WIB.

3.      Jam kedatangan sekolah pukul 06.30 WIB dan bel berbunyi untuk dilaksanakan senam pukul 06.45 WIB.

4.      Jika orang tua ingin melakukan sharing atau diskusi dengan guru walasnya siap menerima tersebut karena bapak / ibu guru pulang pukul 14.00 WIB.

 

Pada fase A menggunakan pada kurikulum merdeka TA 2024/2025, anak-anak mendapatkan pelajaran P5, yaitu Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Terdapat enam tema umum yang diberlakukan dalam P5. Mulai dari Gaya Hidup Berkelanjutan, Kearifan Lokal, Bhinneka Tunggal Ika, Bangunlah Jiwa dan Raganya, Rekayasa dan Teknologi sampai dengan Kewirausahaan. Dua tema dipilih di fase A ini, yakni Bangunlah Jiwa dan Raganya dan Kewirausahaan.

Sebagai informasi, selain P5 yang merupakan mapel baru bagi anakku, mapel umum seperti Bahasa Inggris dan IPAS tidak diberikan saat ini. Karena kedua pelajaran tersebut baru diberikan pada fase B atau baru naik di kelas 3.

 

 

 

 


Buka Rapat Pertama dengan Walmud, Ini Arahan Kepala SDN Sukabumi 4 Kota Probolinggo

Senin (29/7/2024) melalui surat undangan nomor 400.3.5.1/66/425.103.61/2024 tanggal 26 Juli 2024, aku hadir di Aula SD Negeri Sukabumi 4 Jalan Soekarno Hatta tepat pukul 08.00 WIB. Disana sudah banyak wali murid yang datang guna memenuhi undangan pertemuan pertama yaitu, Sosialisasi kurikulum dan informasi pendidikan.

Menurut Kepala SDN Sukabumi 4 Kota Probolinggo, Bapak Badli dalam sambutannya mengucapkan selamat datang dan selamat bergabung dengan keluarga besar SDN Sukabumi 4 Kota Probolinggo berharap kehadiran segenap wali murid kelas I A dan I B itu bisa menambah warna dalam perjalanan pendidikan di sekolah ini, sekaligus bisa memberikan manfaat bagi pendidikan di sekolah ini.

Menurut Kepala Sekolah yang menjabat sejak 1 Desember 2023 itu juga menekankan sikap keterbukaan sekolah terhadap kritik dan saran yang membangun, yang disampaikan oleh wali murid terkait kegiatan belajar mengajar di sekolah ini.

Ia juga menyinggung soal kegiatan ekstrakurikuler (bakat dan minat siswa). “Tidak ada paksaan tetapi bisa kita lihat dan perhatikan anak-anak untuk mengarahkan mereka sesuai dengan keinginan anak terhadap pilihan ekskulnya. Dimana ekskul ini juga nantinya ada nilainya di rapor anak,” tuturnya.

Selanjutnya, pada tahun ajaran 2024/2025 saat ini terdapat kurikulum merdeka yaitu terdapat mata pejaran P5 (Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila) yang harus diikuti oleh seluruh siswa. Dimana P5 tersebut diperlukan keterlibatan orang tua guna kesuksesan pembelajarannya. “Keberhasilan itu tidak ditentukan oleh sekolah, tetapi terdapat peran serta bapak ibu sekalian,” jelasnya.

Di akhir sambutannya, pria berusia 56 tahun ini mengimbau kepada wali murid untuk ikut mendampingi putra-putrinya belajar di rumah saat mengerjakan PR-nya, selalu mengecek buku mereka, memperhatikan penulisan tugas anak dan mengingatkan untuk membatasi pemakaian handphone pada anak. 

Senin, 11 Januari 2021

Terjebak Dalam “Ponakan”, Ini Kata Warga Rush

Terjebak Dalam “Ponakan”, Ini Kata Warga Rush


Perjalanan 8 orang terdiri dari 2 orang kepala seksi dan 6 orang staf menuju puncak, 38.000 mdpl dari Kota Probolinggo pada Kamis 12 November 2020 siang naik mobil Toyota Rush milik Mas Hamzah rekan humas sungguh keterlaluan.
Bagaimana tidak, diawali berangkat usai kami melakukan finger print pukul 2 siang. 7 orang naik Rush minus Sonea, pamitnya tadi masih minta tanda tangan pak sekdis di kantor utama, saat dia pamitan ke aku di teras radio.
“Ayo wes budal!,” ajak Famy rekan prahumku untuk masuk mobil.
Mobil yang terdiri 3 shaf itu, bagian depan ada Pak Data (Kasi Media Publik) sebagai sopir, mas Hamzah. Bagian tengah diisi Bu Umah, Mbak Okek. Bagian belakang Carolina, aku dan Famy.
“Eh Pak Data, Sonea durung melbu,” ucap Bu Umah Kasie Humas.
“Lha nang endi Sonea iku?,” tanya Pak Data menyalakan mesin mobil.
“Iyo pak, Sonea mau pamitan nang aku, jare minta tanda tangan pak sekdis nok Kominfo,” jawabku.
Memang mobil itu telah meninggalkan area Museum Probolinggo, kawasan Radio Suara Kota, habitat keseharianku bekerja.
“Ape nang endi sih pak, Sonea durung melbu lho!,” ujar Bu Umah lagi.
Memang mobilnya uda sampai depan kantor wali kota, Jalan Panglima Sudirman waktu itu.
“Enggak buk, ini cuma muter aja Pak Datanya, test drive,” jawab Mas Hamzah pemilik mobil Rush itu.
Dan Pak Data tidak pernah mengendarai mobil matic, hingga dia belum berani, mangkanya ia test drive dulu sebelum naik ke puncak siang itu.
Usai mendapatkan putar balik depan Dinas Pol PP samping pemkot, kembalilah mobil itu di halaman Museum Probolinggo, guna menjemput Sonea.
Betul saja Sonea sudah siap dan berdiri menunggu penjemputan.

Seketika itu sekalian dilakukan bongkar pasang muatan, maklum aku yang tadinya duduk di belakang, merasa kecepit. 2 orang temanku Famy dan Carolina memiliki pantat semok, pun dengan aku yang kecepit diantara keduanya. Terlebih juga didukung mereka memiliki postur tubuh tinggi besar dibanding aku kecil mungil. Hahahaha…..

Tanpa dibuka kursi belakang, aku disuruh aja loncat pindah ke tengah. Lagi-lagi untung ini tubuhku kecil, dengan mudah dan lincahnya aku berpindah ke tengah gabung dengan Mbak Oke, Sonea, aku dan Bu Umah. 4 orang cyiiinnn….
Ku lepas sepatuku, ku kasih tasku pada Sonea, loncatlah aku seketika itu dari shaf belakang ke shaf tengah. Shaf kursi tengah, pantat dan punggungnya sudah mantap tuh duduknya. Mereka bisa bersandar, kecuali aku. Ya, lagi-lagi aku mengalah.
Pantatku sangat sedikit sekali bisa menikmati kursi tengah itu. Dengan rasa ikhlasku, aku memeluk dari belakang kursi sopir, namun pelukan itu tidak sampai 360 derajat kursi di depanku. Artinya, aku duduk agak sedikit memeluk kursi belakang sopir, pak Data.
Lagi, lagi, aku menjadi bulian warga Rush. Kata mereka aku mengambil kesempatan dalam kesempitan, kata mereka aku curi-curi kesempatan, kata mereka aku memanfaatkan peluang, dan sebagainya. Sembari tertawa, mereka puas membullyku, hadeeehhh…..
Peliiiisss….. tolooong… hari gini gimana makai kesempatan cyiin….. ini body uda bener-bener kecepit gak bisa duduk dengan sempurna. Mau tidak mau yaa seperti inilah keadaan dudukku, selama perjalanan kurang lebih sejaman itu.
Untungnya, pak Data orangnya fine-fine aja. Dengan aku dibully semacam itu, orangnya malah membalas dengan iyaa, enak kali yaa dipeluk Dewi, duduk aku pangku, Dewinya menghadap ke depan. Pak Data melontarkan jawaban bulian warga rush. “Huss…. Jawabku, keenakan sampeyan pak kalo kaya gitu!,” ujarku
“Yo wes podo-podo enak e lha Dew,” timpal pria kelahiran 73 itu.
Selama perjalanan berlangsung, obrolan warga rush semakin menjadi-jadi. Obrolan manusia dewasa berumur 18+, plus gilanya. Hahahahhaa….


*** Sampai di Lava Hill Sukapura ***
Mobil masuk membayar biaya parkir, tiap orang kena tiket Rp 10 ribu dan beda lagi jika kita masuk wahana permainan dan kolam renangnya. Di sana akan dikenai tarif lagi per orang, membayar Rp 10 ribu.
Tibalah kita di Lava Hill, Dusun 1-Sapikerep, Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Kita menikmati hawa pegunungan Bromo dengan alamnya yang indah sekali. Bukit hijau membentang luas di hamparan depan mata kita. Udaranya yang sejuk, tak memakai mantel pun terasa super kental dengan bukit.

Tak dapat dipugkiri, itulah ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa nan Agung, sungguh indah dan mengesankan.
Sembari menunggu pesanan makanan, kita berdelapan selfi-selfi. Lagi-lagi, warga rush membullyku.
“Yak, Dewi foto cedek (dekat) Pak Data,” kata Okek.
Aku yang tanpa sadar, menoleh sebelah kananku. Betul saja, lagi-lagi Pak Data memang ada di sebelahku. Hahahaha ….
“Masya allah…. Yowes tuker-tuker, pindah ayo!,” ucapku.
Begitu seterusnya lhaayaa…
Tapi sumpah bagiku, aku dan Pak Data biasa saja. Kita sama-sama layaknya rekan kerja, atasan dan bawahan. Seperti, baju dan roknya, serasi sebagai anak dan bapak buah. Hehehehe….

Aneka menu telah kami pesan. Ada ayam kampung bakar, steak iga, nasi goreng, capjay, minuman thai tea, jus melon, dan sebagainya tentu kita melahapnya usai melaksanakan sholat ashar.
Meja sebelah pun kita gabung menjadi satu agar bisa menikmati kebersamaan dalam satu meja untuk 8 orang warga Rush.
Kita pun saling incip-incip makanan tetangga sebelah (prokes-prokes) jangan lupa protokol kesehatan guys…..



*** Jom Kita Pulang!!! ***
Bu Umah, Okek, Famy, Sonea dan Carolina berjalan naik ke wahana.
“Woooiii…. Ayooo pulang!!! Jam absen pulang lho!….,” seruku dari bawah, kurang lebih 8 meter jalan penanjakan menuju wahana permainan dan kolam renang.
“Sek, lihat nang ndukur onok opo,” kata Bu Umah membalas ajakanku.
“Ya ampuuunnn…. Ayo buk balik pulang, telat lho!, yowes aku ta masuk mobil disik yaa,” kataku lagi sambil lihat mobil mas Hamzah sudah siap berangkat dengan mesin sudah menyala.
“Iyaa wes, sik bentar yaa,” kata Bu Umah lagi tanpa takut pulang telat itu.
Aku pun masuk ke dalam mobil Rush milik mas Hamzah, selanjutnya pak Data pun bertanya.
“Nang endi wong-wong iku…?,” tanyanya heran kok cuma aku saja yang masuk duluan ke mobil.
“Mbuh….. munggah iku ndelok wahana, onok opoan jare…. Ndak wedi telat seh….,” ucapku ikut bingung.
Lanjutku, kalo telat absen pulang potong satus ewu pak…. Duh lah….
“Lha yo…,” Pak Data pun menggelengkan kepalanya.
Tak tinggal diam, mas Hamzah aktif dengan ponselnya, segera mungkin dia WA Famy, mengingatkan absen pulang usai aku bilang potong tepepe, baca TPP, hehehe….
Jam sudah menunjukkan pukul 16.02 sore.
Sesegera warga Rush lainnya masuk mobil. Dengan entengnya Okek bilang, “eh…. Sik jam segini, masih cukup sampai di kantor,” katanya santai.
“Satus ewu mam, yo telat iki,” ucapku.
“Wes genep wolu yo iki?,” pak Data ngecek jumlah warga Rush sebelum cus pulang.
“Wes pak,” kataku.


*** Perjalanan Pulang ***
Benar saja, aku yang duduk di belakang sopir, Pak Data sebagai kemudi sopir, aku pun bisa menjadi navigator meski dudukku bukan disamping sopir.
“16.25,” kataku. (lima belas titik dua lima) aku mengucapkan sesuai jam tangan yang kupakai saat itu, jam tangan digital.
Lagi-lagi warga Rush rame. Tapi mereka menyadari, tidak apa saling mengingatkan demi kebaikan bersama. Hahahaha…..
“Wes, biar pak data nyetir ae, kalo telat gak papa kita nanti buat surat sakti,” kata Famy.
Begitu seterusnya tetap saja aku menjadi navigatornya.

Hingga…… sampai di Laweyan, sedikit lagi Terminal Bayuangga Kota Probolinggo, yup…..
16.55 WIB.
Pak Data pun bilang, sampai nggak yaa kita? Di depan sana masih ada 3 traffic light lagi. Sebut saja, Ketapang, Batalyon dan Brak.
“Kita absen di kantor Kominfo aja pak, jadi lampu lalin Brak kita lewati, belok kiri kan jalan terus,” celetuk Famy.
Dibenarkan dengan warga Rush celetukan Famy itu.

“Iyo pak, absen nang Kominfo ae wes…,” semua warga Rush kompak mengiyakan ide Famy itu.
“Iyaa wes, sip,” kata Pak Data.
Akupun sumbang ide untuk membuka aplikasi absen sedari sekarang yang saat itu mobil sudah belok dari Brak, Jalan Panjaitan.

Selanjutnya, mobil belok kanan dari pertigaan Jalan Panjaitan , menuju Jalan MH. Thamrin, semua warga Rush juga sudah siap dengan aplikasi absen yang kurang 2 menit absen itu ditutup.

Betul saja, warga Rush tiap-tiap orang sudah memegang gadgetnya dengan aplikasi absen yang sudah dibuka juga.


Sejak tahun 2020, kita sebagai ASN Pemerintah Kota Probolinggo telah menggunakan aplikasi SIAP untuk melakukan absen dengan menggunakan HP android dengan batas titik koordinat yang telah di setting oleh ahli IT Pranata Komputer Kominfo. Batas absen sore (pulang) adalah rentang waktu antara pukul 16.00 s.d 17.00 WIB.


Selanjutnya jika kita tidak melakukan absen di titik koordinat dimaksud, maka kita tidak bisa melakukan absen.
Dan bisa dipastikan kita akan mengalami keterlambatan absen dari waktu yang ditentukan, maka aplikasi akan ditutup secara otomatis. Nah, disitulah kita merasa syyyeedddiiihhh karena TPP kita akan dipotong sebesar seratus ribu rupiah. Hiks…..


*** Tiba di Kantor Kominfo ***
Sopir, sebelah sopir dan penumpang shaf tengah semburaaaaatttt….
(Pak Data, Mas Hamzah, Bu Umah, Sonea, aku, Mam Okek) semuanya keluar dari mobil Rush milik Mas Hamzah itu, semuanya berlarian-berhamburan ke halaman kantor Kominfo. Dengan mengarahkan hapenya seperti gaya selfi-selfi.
Ada juga yang sampai masuk ke dalam ruangan kerja, guna mencari-cari wajahnya Nampak tidak dalam absen aplikasi SIAP. Hahahaha…..
“Alhamdulillah… aku uda bisa,” kataku sumringah.
Diikuti senyuman sumringah lainnya seperti Bu Umah, Mam Okek, Mas Hamzah juga Pak Data pun merasa puas kita berhasil absen hanya ada di halaman kantor Kominfo.




Tapi, apa kabar warga rush shaf belakang…???
Hiyyyaaaa…. Famy-famy, dia terjebak di kursi belakang tidak ada yang membantu membukakan kursi shaf belakang.
Sementara itu, Carolina tak bisa ikut membantu. Dia juga merasa terjebak.

Carolina tak berpengaruh pada absen sore waktu itu, dia merupakan PTT dengan melakukan absen atau tidak, sama sekali tidak berpengaruh pada gajinya.
Yup.. Di halaman depan kantor Kominfo, semuanya pada sumringah, gugup, teriak-teriak gak jelas. Hahahaha….

Aku, Bu Umah, Pak Data, Mam Okek dan Mas Hamzah balik ke mobil Rush. Lha….. Famy baru bisa keluar dari mobil, giliran dia berlari ke halaman Kominfo. Kita pun saling berpandangan satu sama lainnya.

“Famy….” Batin kami bersamaan.
Usai dia sekali klik tombol merah di layar hape aplikasi SIAP, dia balik ke mobil sambil menggerutu.
“Payah wong-wong iki, giliran mobil mandek, aku ditinggal-dijarno. Buka-buka kursi dewe ndak onok sing nulungi,” gerutunya.
“Ngene iki jeneng e kualat ponakan kok. Om yang larut dalam keponakannya,” ujarku diikuti tawa ngakak warga Rush tak terkecuali Famy pecah juga tertawa renyahnya.
“Kemon kita cuz mobil ah,” kata Mam Okek mulai ngajak jalan warga Rush menuju mobil.
“Eits…. Sonea endi Nea…?,” tanyaku yang diikuti membalikkan badan warga Rush.
“Eh iyo… Sonea ndi? Oohh… iku Nea. Ayo Nea cepetan masuk mobil!,” seru Bu Umah.
Rupanya Sonea baru keluar dari gedung kantor Kominfo. Sembari menuju mobil, dia bilang tidak absen. Sampai dengan masuk mobil pun tetap tak bisa absen. Oke fix, kalo gitu kamu buat surat sakti Nea. Hihihi…..
“Aku tadi absen sampai nok ruang tengah (ruang staf) Kominfo, sampe nang TU, nang loby, nang ruangan e Surya (PPID) tetep gak iso,” jelas Sone.
Lagi-lagi aku bergumam, “Kandani koh…. Kualat ponakan kabeh iki,” kataku santai mobil uda sampai di Radio Suara Kota, tempat awal pemberangkatan sebelum ke penanjakan.
Semuanya tertawa dan bilang, “Iyo….. ponakan…. ponakan…,” kata mam Okek lainnya tertawa banting pintu mobil dan warga Rush pun berlalu dengan roda duanya tanpa henti tertawa terkekeh-kekeh.

Selasa, 01 September 2020

Jangan Ada Rokok Diantara Kita

 

Kami sebidang Pengelolaan Komunikasi Publik (PKP) terdiri dari Kabid, Kasi Kemiteraan, aku dan seorang staf PKP menilik Edwin staf Bidang TIK yang jatuh sakit akibat perokok pasif. Ya, dia menderita paru-paru basah dan apa gitu dari ceritanya, yang pasti akibat menjadi korban perokok pasif akhirnya dia jatuh sakit dan dirawat di RS PG Wonolangan, Kabupaten Probolinggo pada September 2019 tahun lalu.

Singkat cerita kantorku mengalami renovasi pada ruang belakang, dimana ruang belakang itu adalah ruang staf dan kasi. Ruang staf dari 3 bidang berkumpul disana. Kondisinya memang cukup mengkhawatirkan, plafon atapnya hampir ambrol / rubuh.

Sehingga, penghuni ruang belakang itu akhirnya mengungsi dan menempati ruang dalam dan luar gedung kantor kami. Kebetulan kantor kami satu halaman dengan SMK PGRI, guru-guru SMK PGRI dengan ramah tamah menawarkan ruang belakang sekolahnya bisa ditempati oleh teman-teman kami.

Akhirnya, ruang belakang sekolahpun disulap ruang kerja dan kantin kopi-kopi. Ya, bakat mengelola uang anak prakerin pun menjadi tempat kerja dan tempat tongkrongan. Kurang lebih 8 orang staf menempati ruang belakang sekolah itu.

Meskipun 8 orang itu terkadang tak memiliki meja dan silih berganti nongkrong disana, mereka bisa ngopi dan ngerokok.

Kurang lebih selama renovasi ruang staf berlangsung sampai renovasi belum tuntas (selesai), Edwin staf TIK, jatuh sakit.

Usut punya usut dia bercerita juga, kalau dia adalah perokok pasif menempati ruang belakang sekolah menjadi tempat pikopi dan kokrokok, hehe……

Betul dugaanku selama ini, aku hanya membatin, akhir-akhir ini kok tidak pernah melihat Edwin kemana. Akhirnya aku Tanya ke kasiku, Bu Tatik namanya. Obrolanpun terjadi, “Buk, aku kok gak pernah liat Edwin, yo?”.

“Sakit mb, dirawat di RS Wonolangan,” kata wanita 3 orang anak sukses itu.

“Lho buk, sakit apa?. Mungkin dia perokok pasif itu buk? Kan banyak sing ngerokok tuh di sana (ruang belakang sekolah),” kataku kaget.

Aku tuh memang kuper yaa, selama 5 tahun terakhir sejak kepindahanku ke Diskominfo 2015 silam, masalah kantor uda gak pernah aktif dalam pergosipan, jadi segala dunia perghibahan, aku sudah pensiun dini. Hahaha……

Sepulang dari survey pembuatan stand untuk SEMIPRO dan Pekan KIM Magetan, kami mampir menjenguk Edwin.

“Assalamu’alaikum,” sapa bapak kabidku sembari buka pintu kamar inapnya

“Waalaikum salam,” jawab Edwin yang saat itu duduk di pinggir ranjang sembari memegang hp.

“Lho, saya sudah tidak apa-apa lho pak, buk,” sambut Edwin merasa canggung dan sungkan atas kedatangan kami.

“Yo santai aja mas, kami baru datang dari survey pembuatan stand dan maaf teman-teman bidang lain belum bisa gabung, (Dwindri, Pak Data, Bu Trin),” ucap kabidku.

“Gimana ceritanya Ko, kok sakit? Tubuhnya semakin kurus gitu rek….,” tanyaku.

“Jadi saya ini kena paru-paru basah, bla… bla… bla….. pembakaran vape tidak sempurna, karena sifatnya sudah basah (cairannya), dibakar dan dihirup, bla…. bla…. bla….,” ungkap Edwin bercerita panjang kali lebar dan tinggi itu. Hahaha……

Maaf, untuk penjelasan Edwin ini benar-benar lupa aku, maklum kejadian sudah September 2019 tahun lalu dan aku harus mengingat-ingatnya lagi hampir di bulan September 2020. Hikss……

Dipenghujung sambang, istri Edwin pun datang, dengan seragam kantornya sebagai pegawai Pengadilan Negeri Kota Probolinggo menyambut kedatangan kami.

Kami berempat pun berpamitan.

“Nah kan buk, betuk aku kan!!! Edwin iku kenek rokok, apalagi dia perokok pasif, duhhh….,” ucapku menyusur jalanan rumah sakit menuju parkiran mobil.

“Iyo mbak, payah wes…..,” timpal Bu Tatik.

“Duh, di kantor itu ada Pak Data buk, opo maneh dia ngerokok di dalam ruangan kita. Duh…….,” masih saja aku mengkhawatirkan nasib perokok pasif itu.

“Iyolah mbak, pak Data, wes dikandani gak mempan. Aku dan Bu Trin ngandani mulai tahun wingi (2018) yo tetep, sampek kesel,” ucapnya.

Memang sejak awal tahun 2019, aku roling staf dari staf bidang TIK menjadi staf bidang PKP itu seruangan dengan Pak Data perokok vape itu.

Sebelumnya di bidang TIK, ada seorang kasi perokok, 2 orang kasi lainnya dan kabid tidak merokok. Kasi perokok itu ya merokok di ruangannya sendiri, terpisah dengan ruanganku dan 2 kasi kabidku. Jadi amanlah yaa….. hehehe…..

Tiba di kantor dan masuk ruang PKP, ada Dwindri dan Pak Data di masing-masing tempat duduknya.

Aku naruh tasku dan obrolan pun terjadi.

“Eh pak Dat………. Sampeyan ojo ngerokok wes pak, opo maneh vape, iku Edwin sakit gara-gara perokok pasif di ruangn belakang iku kan akeh anak-anak nongkrong di sana, rokok’an pi ngopi,” ucapku menggebu.

Mas Dwindri kaget, mungkin di dalam hatinya, “Waduh mbak Dewi iki kok berani nyuruh pak Data berhenti merokok,” batinnya dalam hati.

“Mbahku dari mamaku sama mbah e bojoku dari ibunya, juga gitu lho pak…… perokok puluhan tahun, sampai akhirnya sakit dan divonis kanker paru-paru, ya udah terlambat mau ngasih tau anak cucunya buat berhenti merokok. Lha wong dia (kedua mbah) berhentinya pas uda sakit kanker paru,” ucapku lagi.

“Sori lho pak……. Aku ngandani ngene mergane aku iki khawatir, pengen sampeyan mandek rokok’ane, syukur-syukur iso mandek. Gak mandek yo gak popo, tapi aku ngelingno maneh, eman. Pancen ngerokok iku hak e uwong sih” ucapku lagi.

“Jare Edwin vape pembakarane gak sempurna pak Dat…. Bla blab la bla bla…. (aku menceritakan apa yang Edwin ceritakan, yang pasti waktu itu aku masih ingat, kan baru pulang jenguk),” hihihihi…..

 

Dengan kesalnya, pak Datapun menjawab. “Coba endi wik, onok penelitian e ta? Kene kasihno ke aku,” ucapnya sembari mengisap vape dalam ruangan.

“Yo aku ndak duwe penelitian e lah pak, iki aku dapat info dari Edwin, iku Edwin sakit pak, dia kebanyakan menghirup asap rokok n vape e arek-arek. Kan Edwin gak rokok’an pak. Otomatis piye iki nok ruangan sing ndak rokokan, aku, pak marno, pak imam, bu trin, bu tatik n mas dwindri,” kataku kesal.

“Aku yo pak, biyen onok sing ngenalno ke aku. Pas SMA onok sing ape nyomblangin aku, ngenalkan cowok. Q Tanya ke temanku cewek, anaknya rokok’an gak Yov? (temanku Yovie, cewek).

“Iyo Dewa, anaknya rokok’an, tapi anaknya ganteng lho…..,” kata Yovie.

“Enggak Yov,” jawabku.

Otomatis temanku agak kecewalah yaa….. atau kalo gak merokok, pertanyaan kedua yang aku lontarkan adalah, apa dia rajin sholat? Atau gimana sholatnya?

Hahaha……. Sampai-sampai temanku bilang yo repot Dewa iki, angel…… cari ustad ae, hahaha……

Padahal aku sih santai sajalah….. no rokok, no tindik, no tato, no miras, rajin sholat, baik, itu yang utama, hehehe…..

Aku bercerita begitu, pak Data dan mas Dwindri hanya senyum-senyum, manggu-manggut. Hahahaha…..

Waktu berlalupun mengantarkan bidang kami pada peleburan seksi-seksi. Yup, awal tahun 2020 bidang PKP meleburkan diri, pun bidang Pelayanan Informasi Publik (PIP) mengalami hal yang sama. Jadi seksi opini publik tadinya ada di bidang PKP pindah ke bidang PIP, seksi media publikpun masuk ke bidang PKP sebelumnya dari PIP.

Huuufftttt….. jangan bingung-bingung yaa…. Anggap aja paham, hehe…..

Ya, seksi media publik (radio) merupakan seksi pak Data. Ketemulah aku kembali sebidang dengannya tapi aku bukan staf langsung dia. Dan alamat kerjaku pun berpindah ke radio, di gang sebelah kantorku, Jalan Suroyo.

Singkat cerita, kepindahanku ke radio aku duduk dengan Carolina. Saat aku dan Carolina bercerita-cerita, datanglah pak Data ikut ngobrol di tempat kerja kami.

“Kok gak pernah kelihatan sampeyan ngevep pak? (vape) maksudnya,” sapaku.

“Endi wik, aku wes leren ndak rokok’an maneh,” jawabnya.

Langsung aku heboh dan syok kali ya, dengan pengakuannya jawabnya seperti itu.

“Hah……. Sampeyan gak ngerokok pak? Mulai kapan pak??? Opo’o kok berhenti?,” balasku kaget.

“Yo aku piker-pikir, sedino ngerokok paling gak habis 30 ribu. Iku sedino, lek sebulan, yo kurang lebih 900 ribu. Akeh pisan yo? Terus aku mikir, iku duwit, durung kesehatan, paruku, jantungku,” jawab pak Data sambil menghela nafas panjang.

“Lho pak, Alhamdulillah…. Melu seneng lho aku pak…… ngunu talah sampeyan ndak ket biyen ae mandek rokok’an. Lak tambah ganteng,“ jawabku sumringah melihat salah satu teman kantor berhenti merokok.

“Terus pak, uang e sampeyan utuh 900 ribu dunk, lumayan gak usa dikasih ke bojo e peyan pak, kan duwit lanang, hehe…..,” kataku.

“Iyolah wik, lumayan, aku iso njajan-njajan shopee,” kata pak Data.

Hahaha….. kamipun tertawa.

Sampai bulan September 2020, bulan ke sembilan dia berhenti merokok atau ngevape patut diacungi 2 jempol.

“Semoga istiqomah yo pak,” kataku ke dia.

Yaa, pak Data merupakan orang kedua setelah mas kandungku berhenti merokok, karena adeknya dan temannya.

Alhamdulillah yaa…. Jangan ada rokok diantara kita. Semangat yaa bagi teman-teman yang mau berhenti merokok, nih aku kasih tips dan trik.

1. ingatlah keluargamu, kalau rokok saja membuatmu enak, tapi mengapa saat kamu sakit akibat merokok, malah keluargamu yang menanggungnya L

2. ingatlah keluargamu, mereka tak merokok, tapi menghirup asap rokokmu yang jauh beresiko lebih para daripada perokok aktif L

3. ingatlah keluargamu, kamu secara tidak langsung memberikan contoh tidak baik pada anak-anakmu. Tapi kamu marah saat anakmu mengenal rokok dan ikut menikmatinya L (bapakku saja rokok’an, kenapa aku gak boleh merokok juga???)

Yang pasti ngerokok itu gak ada gunanya guys, jangan beranggapan gak rokok gak keren, gak macho, gak lanang. Otak gak bisa mikir, gak bisa kerja, ruwet.

Enggak yaa guys, buktinya kamu bisa lebih berhemat ratusan ribu rupiah dan akhirnya belanja-belanja, iiihhh…. Keren guys J

Otak gak bisa mikir, gak bisa kerja, itu kan keruwetan pikiranmu sendiri. Huufffttt…..

Udahlah, yang penting pokoknya berhenti aja dulu, cobain, rasain, nikmatin nanti kamu bakal bahagia lahir dan batin. Aamiin YRA.

 

Kamis, 23 Juli 2020

NASIB MALANG, HIPOTERMIA SAAT PILIH KAMPUS


Berawal dari ngefans gitaris DEWA 19, Andra Ramadhan, selain dia memiliki pribadi kalem, pendiam, pintar, rajin shalat, wajah manis tidak tindik telinga, tidak bertato dan terakhir dia bukan perokok, tentulah sangat menginspirasi aku saat aku duduk di bangku kelas 2 SMP (tahun 2003 waktu itu).

Sampai tibalah saatnya cinta-cintaan monyet, dimulai kelas 3 SMP, ada yang naksir aku mulai dari sahabat cowok sendiri sampai teman satu kelas, pokoknya dia bukan perokok aja, uda klepek-klepek hatiku.

Ya, sahabatku cowok pun berhasil mendekatiku, pendaftaran masuk di SMAN 2 dia pun ikut, bimbingan belajar, dia pun sama denganku, kita bimbel di Malang, tetapi beda tempat bimbelnya. Aku di Universitas Negeri Malang (UNM), dia di Universitas Brawijaya (UB).

Saat bimbel dengan sahabat SMA, Irma, aku jatuh sakit karena tidak tahan udara Kota Malang yang menurutku dingin. Berbeda dengan kota asalku, daerah pesisir pantai tergolong panas. Saat Irma belajar dengan seriusnya di kamar yang sama denganku, kami kos berdua di sekitar UNM setelah sehari sebelumnya diantar orang tuaku.

“Mi ndak belajar?” tanya Irma.
Dia memanggilku sebutan mi karena melihat aku memanggil mamaku dengan sebutan mami, jadi inginnya Irma diibaratkan anakku, hahaha…..
Aku sendiri kala itu memanggilnya dengan sebutan, mbak. Karena melihat dia dipanggil orang tuanya, mbak, hihihi…..
“Ndak mbak, aku kademen, sumpah ndak kuat aku,” jawabku dibalik selimut menggigil.
“Lha terus, kalo sampeyan ndak lulus ujian seleksi mahasiswa UB, piye?” tanyanya lagi heran.
“Ndak popo mbak, aku wes ndak gelem kuliah nang Malang, aku kuliah nang Suroboyo ae,” jawabku kecewa.

Memang sebelum kelulusan SMA aku dulu berangan-angan ingin melanjutkan studi S1 di Malang. Sangat cinta sekali dengan kota itu. Mungkin disana pernah aku didekatin masnya temanku (cewek), dia kuliah di UB Malang juga.
Masnya temanku naksir aku, tetapi karena aku adalah temannya adeknya, dia hanya menjadi teman dekatku tidak sampai pacaran.
Perasaanku waktu itu pada mas temanku, biasa saja, suka hanya sebatas menemaniku karena aku tidak mau kesepian. Biasalah yaa, anak remaja maunya jalan-jalan terus.

Terjadilah aku berambisi untuk melanjutkan kuliah di Malang, agar aku dekat dengan dia, UB.
Sedangkan dalam percakapanku dengan mas kandungku yang saat itu semester akhir jurusan teknik arsitektur UPN Veteran Surabaya selalu dengan ambisinya mempengaruhiku agar aku kuliah di UPNV Surabaya juga.
Dengan pertimbangan jika kita bisa kuliah bersama di Surabaya apalagi di kampus yang sama, tentu memudahkan orang tua yang ingin menjenguk anak-anaknya.
“Kuliah nang Suroboyo ae, dek!,” ucap mas Eka di depan papiku.
“Ndak, Malang pokok’ e,” elakku mantap.
“Wooo… iki…. Ben papi mami enak lho lek ate nang Suroboyo. Iso sambaing anak dua sekaligus, aku sama kamu,” yakin masku lagi.
“Nehik, Malang. Aku kuliah di Malang aja lho pap, pokoknya pengen Malang. Papi kan dulu kuliah di UB, aku pengen di UB juga pap,” ucapku tetap mengelak.
“Mosok papi ape riwa riwi Malang-Suroboyo, bingung saiki jatah e Eka opo Rani, saaken lho,” masku dengan menggebunya.
Betul, sering sekali papi melakukan perjalanan dinas ke Kota Pahlawan untuk rapat-rapat, sosialisasi, kunker, dan sebagainya.
Ya, memang orang tuaku tidak pernah memaksakan kehendak anak-anaknya, mereka hanya mengarahkan saja apa yang menjadi keinginan anak-anaknya.
“Wes Jon, Rani ben kuliah nang Malang,” ucap papi mengiyakanku, Jon sebutan papi pada masku, Eka Sarjono.
Mungkin waktu itu masku kesel juga kali yaa, karena keinginannya agar aku mengikuti kuliah di Surabaya, terelakkan. Hahaha….

Nah, balik ke bimbel, jadi selama aku bimbel di Malang setiap harinya gak pernah belajar. Uda aku niati, enggak lulus UB yo wes, ben. Hihihi….
“Mi, gak maghriban?. Ayo golek maem,” selesai Irma menunaikan sholat maghrib.
“Lho iyo mbak, maghriban, sek iki aku kademen. Ta sholat disek yaa, biz gitu kita cari maem,” jawabku layu.
Penuh perjuangan aku ambil wudlu di kamar mandi, maklum tiap sore aku tidak pernah mandi. Hanya gosok gigi dan bersih-bersih wajah. Irmapun memakluminya, setelah aku cerita tidak pernah mandi sore.
Mungkin daripada aku semakin hipotermia, mati kaku, akhirnya Irma angguk-angguk kepala memaklumi. Hehehe…..

Yup, selesai kami sholat maghrib berdua berjalan ke luar cari makan. Setelah pamitan ke ibu kos, kami melewati pinggiran jalan belakang kampus UNM.
Sampai di jalan utama depan Matos, secepat mungkin kami kembali berjalan balik melewati pinggiran jalan belakang kampus UNM.
Seandainya kalau aku tidak sakit kedinginan waktu itu, mungkin kami malah main-main aja tuh di Matos, waduuuhhh……

Perjalanan pulang beli makan, aku menuju arah kos bimbel, berlawanan arah sekitar 200 meter dua orang cowok, tinggi banget satunya tinggi standart cowok, agak menerka-nerka kami berempat.
“Lho mbak, iku Oscar mbek Dodik, ta?,” tanyaku.
“Lho iyo Mi, koyo’e Oscar-Dodik,” terka Irma juga.
Di arah berlawanan yang semakin dekat juga mereka menerka.
Maklum kami berempat asli Probolinggo tiba di kota tetangga tanpa ada saudara dan keluarga, tetiba ketemu di jalan berasa bahagia anak perantauan waktu itu.
“Heh, Yus!” sapa Oscar panggilan sahabat sejak SMPN 2, aku dipanggil Yustise oleh 8 orang sahabat.
Widji, Yatik, Wiwit, Puput, Oscar, Dodik, Dicky dan aku menamakan kami Star Love sebagai nama sahabat.
“Ya ampun Oscar Dodik, kita ketemu juga yaa disini, aku sakit Os,” ucapku girang bertemu dengannya.
“Kamu sakit apa, Yus?”, Tanya Oscar kaget.
“Kedinginan aku, Os,” sambil melihat penampilanku memakai jaket hitam pas body, celana tujuh per delapan, kaos kaki dan memakai sepatu sandal.
“Iyo iki mami ndak gelem sinau,” ucap Irma putus asa.
“Lho, ndak lulus kamu Yus engkok,” ucap Dodik tertawa-tawa.
“Ngekos ndek ndi?” Tanya Oscar serasa dia ingin mampir mengantarku balik.
“Kalian ndak cari makan ta?, itu kosanku ndek sana,” ucapku masih lumayan jauh dari kos bimbel ke jalan utama Matos.
“Ayo ta anterin,” ucap Oscar lagi.
Dengan senang hati kami balik menjadi berempat.
Sesampai di kos, Oscar dan Dodik duduk di pintu depan pagar garasi.
Aku dan Irma makan disana, sedang Oscar dan Dodik hanya minum.
Obrolan-obrolan kami tertuang kurang lebih dua jam, sampai mereka lupa mau beli makan juga.
Keduanya pun berpamitan. Makan malam yang telat, kami pun tertawa, hahaha……
Singkat cerita, Oscar kuliah di UB, Irma di UMM, Dodik STIE Perbanas Surabaya dan aku UPNV Surabaya.
Kesuksesan kami berjalan saat kami sudah melewati masa-masa pelajar, kini Oscar bekerja sebagai Dosen Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) UB Bidang Tata Kelola Sektor Publik, Dodik bekerja sebagai karyawan tetap Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kota Probolinggo dan Irma bekerja sebagai ASN di Disnakertrans Pemerintah Kabupaten Probolinggo.

pernah suatu hari, saat aku pulang dari bimbel, dengan sedikit rasa cemburu, aku letakkan pada mbak iparku dulu yang masih menjadi pacar masku.
Ya, saat adeknya sakit kedinginan, kakakku menjenguk dengan pacarnya (sebelum pacaran dengan mbak ipar, aku lah mak comblang mereka). Dibelani  oleh masku perjalanan dari Surabaya hanya ingin waktunya untuk mbak ipar.
Kesannya masku seperti bersorak sorai melihat kondisiku, sakit kedinginan.
“Yok opo? Sek kepengen kuliah ndek kene (Malang) ta?,” tanyanya saat mampir di UNM.
Di parkiran motor aku dan Irma lelah usai melaksanakan bimbel hari pertama.
“Dewa sakit mas, ndak pernah sinau, ndak pernah mandi sore,” jawab Irma.
Sebutan saat aku di SMA berubah dari Dewi menjadi DEWA, ya karena aku fans berat DEWA.
“Aku kuliah nang Suroboyo, ae. Adem ndek sini, ndak kuat aku, enak Suroboyo panas podo mbek Probolinggo,” ucapku.
“Kandani kok, tambenng!!!” jawab masku mantap.
Sedang mbak ipar saat itu senyum-senyum dan tertawa-tawa.
Semakin pegel saja ini hati, mas datang tapi untuk pacarnya, bukan untuk adeknya. Padahal yang ngenalin mereka aku. Huh, sebel….. hahahhaa…..
Hari terakhir usai bimbel (lupa berapa hari aku bertahan di Malang untuk bimbel), langsung aku dan Irma dijemput Omku naik mobil berisi mbah Jum, Budhe Titin, Om Dedi. Mereka adalah ibu, kakak perempuan dan adek ipar mamiku.
“Iyo nduk lek ndak kuat di hawa dingin, kayak kamu, sakit,” mbah Jum membenarkan.
“Aku kuliah di Surabaya saja mbah,” ucapku.

Mulai detik itu, pikiranku berubah total. Aku mau kuliah di Surabaya.
Obrolan seusai bimbel pun terjadi (lagi).
Ya, usai lulus SMA aku seminggu pernah main di rumah bulek adek perempuan papi di daerah Buduran Sidoarjo. Selama seminggu di sana, aku menikmati suasana Sidoarjo. Diajak saudara sepupuku cowok, jalan-jalan ke sun city, GOR Delta, alun-alun, makan bakso di bawah jembatan layang Buduran, semua aku lewati tanpa ada halangan yang berarti. (baca: kedinginan) hahaha….
Aku merasakan udara Sidoarjo dan Surabaya cenderung sama seperti Kota Probolinggo, panas.
“Kuliah di UPN ae nduk, kumpul mbek mas Eka,” bulekku mengucapkan saat kami menikmati camilan sore.
“Dek Erik mo kuliah teng pundi, lek?” tanyaku.
Erik adalah anak kedua bulek Sri Bayatmi, seperti Ari Wibowo di keluarga besar kami mengibaratkan wajahnya. Memang Erik cowok ganteng, tinggi, tidak perokok, rajin sholat, baik, tapi pemalu. Erik seumuran denganku.
“Yo kalo ndak lulus SPMB, lek daftarkan nok UPN,” jelas bulekku.
“Aku mau kuliah sing kampuse akeh Chinese-chinese lek,” jawabku.
“Minta ke papimu, ndek Suroboyo onok Petra dan UBAYA, mbois iku nduk,” bulekku diamini anak perempuannya, adek Wiwit yang saat itu juga semester akhir jurusan sain biologi UNESA.
Singkat kata saat masku main dan melihat kondisiku di rumah bulek Buduran Sidoarjo bilang,
“Dek Rani iki kademen lek teng Malang pas ikut bimbel, dia pengen kuliah di Surabaya,” masku buka kartuku. Hahaha….
Semua warga serumah bulek ikut tertawa, tak terkecuali lek Gatot suami lek Bayat yang masih dinas di Angkatan Laut Surabaya.
“Iyo iki Rani pengen kuliah nang kampus Cino,” ujar lek Gatot.
“Neh aneh ae….. larang,” masku tertawa ngakak.
“Lho iyo ta, mahal ta??? Mosok seh???,” jawabku tidak yakin 1000%. Hahaha…..
Singkat cerita aku berkeinginan untuk kuliah di UK Petra atau UBAYA sesuai petunjuk bulek Bayat. Maklum tahun 2004 Thomas Cup waktu itu aku begitu ngefans dengan jagoan Cina, asal olahraga teplok bulu itu. Sebut saja ada ganda pria Fu Hai Feng dan Cay Yun, tunggal pria Lin Dan, Bao Cun Lai, tunggal wanita Xie Xing Fang, sampai akupun saat main bulu tangkis di depan rumahku, jalan gang (lapangan outdoor) teman-teman rumahku menyebutku Xie Xing Fang.

Sepulang dari rumah bulek Bayat di Buduran Sidoarjo, lagi-lagi obrolan kampus pun terjadi (lagi). “Pap, papi, aku kuliah di UK Petra atau UBAYA yaa pap,” ucapku semangat penuh optimis.
“UPN ae nduk, bareng sama mas Eka,” jawab papiku yang mendapat respon iya dari masku yang sedari ngobrol kampus dari pertama, kedua sampai ketiga kalinya selalu ada dia dan dia. Hahaha….
“Iya wes aku kuliah di UPN, pokok aku ndak mau sing ada hitung-hitungannya,” jawabku tetap semangat. Mengingat bakal kuliah di Malang, aku KO.
“Kamu iki aneh, ndi onok kuliah ndak onok itung-itungan e??? koncoku sing kuliah ndek komunikasi yo onok itung-itungan e,” jawab masku.
“Konco e sampeyan onok sing ndek komunikasi?, konco opo,? Tanyaku.
“KKN,” jawab masku singkat.
“Pap, papi, pokoknya aku ndak mau yang ada hitung-hitungan,” jelasku.
“Lha kamu SMA biyen yok opo? IPS lak itung-itungan seh? Ekonomi metrik, akuntansi, lak tung itungan iku?,” kata Masku yang berzodiac scorpio sama dengan aku itu.
“Pas aku SMA, lek ujian ekonomi, akuntansi yo q nyontek nang Irma,” jawabku menjelaskan Irma adalah teman sebangku saat kelas 3 SMA.
memang aku nyontek tapi gak semuanya lha yaaa.... intinya banyak nyonteknya, hahahaaa.....

“Sek yo ta telpon o Ina, arek komunikasi,” masku mulai beraksi.
Sembari menunggu masku telepon Ina, kami cukup mendengarkan.
“Jare Ina nok Komunikasi yo tetep onok itung-itungan e, tapi iku dasar, semester- semester selanjut e gak onok. Kan iku digawe hitung-hitungan e skripsi,” jelas masku.
“Yo wes Jon, ndang golekno brosur-brosur komunikasi, Jon,” ucap papiku yang mantap agar aku kuliah di jurusan komunikasi.
“Asssseeekkk…. Yo mau aku, komunikasi ae wes,” setujuku.
“Nah ngunu kan enak, ndak ngebet kuliah nang Malang garai papi mami bingung berkunjung anak-anak e,” sumringah masku.
“Wooooo……. Pancen kudu ngene, kademen disik, sakit, baru ndak gelem kuliah nang Malang,” ujarku disambut tertawa ngakak abang Bon Sak, julukan pebulu tangkis tunggal Tailand 2004 silam.
“Pancen neh aneh ae kamu,” tetap ngakak abang Bon Sak. Hihihihiiii…..
“Suroboyo, I’m cooooommmiiiinnngggg,” teriakku.

Senin, 28 Oktober 2019

ADEKKU DAN PERUNTUNGANNYA

Selisih usiaku dengan adek bungsuku ini terpaut jauh sekitar sembilan tahun. Tahun 2003 saat aku duduk dibangku SMA kelas 1, adekku waktu itu masih kelas 2 SD.
Walaupun selisih kami terpaut jauh, bisa dikatakan kami seperti kebanyakan anak-anak lainnya yang akrab dan super seru bermain bersama. Ingat betul bagaimana kami bertiga (aku dan kedua adekku) sama-sama pegang tongkat kalau bahasa jawanya, senggek berlari mencari buah ceri / ceres di rumah budheku dan tetanggaku.
Puasaan waktu itu memang cuacanya panas, sampai kedua adekku nggelimpang di teras rumah budhe. “Ayo tangi! Cerine sik akeh sing durung disenggek,” ajakku. Kejam banget sih.... kayak namanya mengeksploitasi anak kecil, hahahhaaa....
Sampai di rumah ceri-ceri yang kita dapatkan jumlahnya yang lumayan banyak hampir setengah kresek kecil itu (maklum tiap hari ceri kan memang berbuah terus ya, jadi jangan heran kalau tiap hari kita panen) hahahhaaaa..... akupun cuci dan masukkan dalam frezzer kulkas.
Tiba waktu bedug Maghrib setelah berbuka pakai nasi, akupun langsung nyomot ceri-ceri hasil senggekan aku dan kedua adekku sambil nonton Bajaj Bajuri dengan asyiknya.
Hmmmm.... rasanya tuh renyah, ceri-ceri kecil yang mengeras menjadi es aku makan dengan lahapnya.
“Le iin, gizgiz, kamu minta ta ini cerinya?,” tanyaku.
Mereka pada gak mau ceri alias kurang suka, jadilah aku semakin terpuaskan dengan menikmati ceri-ceri secara solo karir, hahahhahaaa...
Sambil lihat Bajaj Bajuri di Trans TV, memang berasa jodoh banget, dunia hanya milik “Aku dan Ceri-ceriku” wkwkwkwkkkkk...
Singkat cerita soal Pasukan Ceri memang tak kan ada selesai, semua belum terpaparkan disini karena aku berbagi bukan masalah ceri tapi berbagi kebahagiaan menjelang adek-adekku memulai peruntungannya.
Dimulai adek bungsuku, yang sebelumnya kerja sebagai PTT di Kementerian Kelautan Perikanan hanya hitungan 8 bulan saja, terhitung mulai Desember 2017 sampai dengan Juli 2018 adekku mengikuti tes pegawai tetap pada BPJS Ketenagakerjaan, melalui beberapa tahap tes yang dilalui adekku, akhirnya berbuah manis seperti ceri.
Adekku diterima juga dengan penempatan BPJSK di Makassar, enggak papa ya le, biarpun jauh2an dengan keluarga, do’a kami selalu menyertaimu. Kamu masih muda, mudah2an semangat dan jiwa mudamu terukir baik dengan karier dan karyamu, seperti Pasukan Ceri Jaman Old, hahaha….
Selamat2…. Semoga berkah ya le, aamiin YRA, seperti juga semangat Hari Sumpah Pemuda ini.
Selalu semangat!!!

Kamis, 11 Oktober 2018

USAHA TAK AKAN MENGKHIANATI HASIL


Memang benar pepatah mengatakan, usaha tak akan mengkhianati hasil sekitar 5 tahun yang lalu aku berikhtiar mendampingi suami yang saat itu belajar guna mengikuti tes CPNS pada BNN RI.
Pendampingan aku lakukan mulai dari pendaftaran, belajar sampai dengan tes tahap I (BKN Waru Sidoarjo) dan tes tahap II (BNN RI Cawang Jakarta).

Banyak temanku yang menanyakan bagaimana suamiku bisa berhasil dan diterima sebagai PNS BNN RI. Akupun selalu bergumam, “Ayo tak sosialisasikan ae gimana ceritanya dari awal sampai akhir, biar aku enggak cerita (lagi) satu per satu pada tiap orang yang berbeda, yang menanyaiku,” jelasku.
Teman-temankupun tertawa terbahak-bahak, “Ayo wes Non, ceritain talah,” bujuk teman sekantorku ibu Bhayangkari Polresta Probolinggo 5 tahun silam.

Biarlah cerita ini hanya ada dalam doa dan anganku saja, semua adalah nyata keajaiban Tuhan Yang Maha Esa pada umatNya yang senantiasa selalu berdoa, berusaha yakin akan kuasaNya.

Nah, bagi teman-teman yang mau ikutan tes CPNS untuk tahun ini, semangat ya!
Jangan menyerah, terus berdoa, berusaha, yakin deh semuanya pasrahkan pada TuhanMu.
Saya sihh yesss gitu.... xixixixiiii.....
Semangat!!!