Kami sebidang Pengelolaan Komunikasi Publik (PKP) terdiri dari Kabid,
Kasi Kemiteraan, aku dan seorang staf PKP menilik Edwin staf Bidang TIK yang
jatuh sakit akibat perokok pasif. Ya, dia menderita paru-paru basah dan apa
gitu dari ceritanya, yang pasti akibat menjadi korban perokok pasif akhirnya
dia jatuh sakit dan dirawat di RS PG Wonolangan, Kabupaten Probolinggo pada
September 2019 tahun lalu.
Singkat cerita kantorku mengalami renovasi pada ruang belakang, dimana
ruang belakang itu adalah ruang staf dan kasi. Ruang staf dari 3 bidang
berkumpul disana. Kondisinya memang cukup mengkhawatirkan, plafon atapnya
hampir ambrol / rubuh.
Sehingga, penghuni ruang belakang itu akhirnya mengungsi dan menempati
ruang dalam dan luar gedung kantor kami. Kebetulan kantor kami satu halaman
dengan SMK PGRI, guru-guru SMK PGRI dengan ramah tamah menawarkan ruang
belakang sekolahnya bisa ditempati oleh teman-teman kami.
Akhirnya, ruang belakang sekolahpun disulap ruang kerja dan kantin kopi-kopi.
Ya, bakat mengelola uang anak prakerin pun menjadi tempat kerja dan tempat
tongkrongan. Kurang lebih 8 orang staf menempati ruang belakang sekolah itu.
Meskipun 8 orang itu terkadang tak memiliki meja dan silih berganti
nongkrong disana, mereka bisa ngopi dan ngerokok.
Kurang lebih selama renovasi ruang staf berlangsung sampai renovasi
belum tuntas (selesai), Edwin staf TIK, jatuh sakit.
Usut punya usut dia bercerita juga, kalau dia adalah perokok pasif
menempati ruang belakang sekolah menjadi tempat pikopi dan kokrokok, hehe……
Betul dugaanku selama ini, aku hanya membatin, akhir-akhir ini kok tidak
pernah melihat Edwin kemana. Akhirnya aku Tanya ke kasiku, Bu Tatik namanya.
Obrolanpun terjadi, “Buk, aku kok gak pernah liat Edwin, yo?”.
“Sakit mb, dirawat di RS Wonolangan,” kata wanita 3 orang anak sukses
itu.
“Lho buk, sakit apa?. Mungkin dia perokok pasif itu buk? Kan banyak sing
ngerokok tuh di sana (ruang belakang sekolah),” kataku kaget.
Aku tuh memang kuper yaa, selama 5 tahun terakhir sejak kepindahanku ke
Diskominfo 2015 silam, masalah kantor uda gak pernah aktif dalam pergosipan,
jadi segala dunia perghibahan, aku sudah pensiun dini. Hahaha……
Sepulang dari survey pembuatan stand untuk SEMIPRO dan Pekan KIM
Magetan, kami mampir menjenguk Edwin.
“Assalamu’alaikum,” sapa bapak kabidku sembari buka pintu kamar inapnya
“Waalaikum salam,” jawab Edwin yang saat itu duduk di pinggir ranjang
sembari memegang hp.
“Lho, saya sudah tidak apa-apa lho pak, buk,” sambut Edwin merasa
canggung dan sungkan atas kedatangan kami.
“Yo santai aja mas, kami baru datang dari survey pembuatan stand dan
maaf teman-teman bidang lain belum bisa gabung, (Dwindri, Pak Data, Bu Trin),”
ucap kabidku.
“Gimana ceritanya Ko, kok sakit? Tubuhnya semakin kurus gitu rek….,” tanyaku.
“Jadi saya ini kena paru-paru basah, bla… bla… bla….. pembakaran vape
tidak sempurna, karena sifatnya sudah basah (cairannya), dibakar dan dihirup,
bla…. bla…. bla….,” ungkap Edwin bercerita panjang kali lebar dan tinggi itu.
Hahaha……
Maaf, untuk penjelasan Edwin ini benar-benar lupa aku, maklum kejadian
sudah September 2019 tahun lalu dan aku harus mengingat-ingatnya lagi hampir di
bulan September 2020. Hikss……
Dipenghujung sambang, istri Edwin pun datang, dengan seragam kantornya
sebagai pegawai Pengadilan Negeri Kota Probolinggo menyambut kedatangan kami.
Kami berempat pun berpamitan.
“Nah kan buk, betuk aku kan!!! Edwin iku kenek rokok, apalagi dia
perokok pasif, duhhh….,” ucapku menyusur jalanan rumah sakit menuju parkiran
mobil.
“Iyo mbak, payah wes…..,” timpal Bu Tatik.
“Duh, di kantor itu ada Pak Data buk, opo maneh dia ngerokok di dalam
ruangan kita. Duh…….,” masih saja aku mengkhawatirkan nasib perokok pasif itu.
“Iyolah mbak, pak Data, wes dikandani gak mempan. Aku dan Bu Trin ngandani
mulai tahun wingi (2018) yo tetep, sampek kesel,” ucapnya.
Memang sejak awal tahun 2019, aku roling staf dari staf bidang TIK
menjadi staf bidang PKP itu seruangan dengan Pak Data perokok vape itu.
Sebelumnya di bidang TIK, ada seorang kasi perokok, 2 orang kasi lainnya
dan kabid tidak merokok. Kasi perokok itu ya merokok di ruangannya sendiri,
terpisah dengan ruanganku dan 2 kasi kabidku. Jadi amanlah yaa….. hehehe…..
Tiba di kantor dan masuk ruang PKP, ada Dwindri dan Pak Data di
masing-masing tempat duduknya.
Aku naruh tasku dan obrolan pun terjadi.
“Eh pak Dat………. Sampeyan ojo ngerokok wes pak, opo maneh vape, iku Edwin
sakit gara-gara perokok pasif di ruangn belakang iku kan akeh anak-anak
nongkrong di sana, rokok’an pi ngopi,” ucapku menggebu.
Mas Dwindri kaget, mungkin di dalam hatinya, “Waduh mbak Dewi iki kok
berani nyuruh pak Data berhenti merokok,” batinnya dalam hati.
“Mbahku dari mamaku sama mbah e bojoku dari ibunya, juga gitu lho pak……
perokok puluhan tahun, sampai akhirnya sakit dan divonis kanker paru-paru, ya
udah terlambat mau ngasih tau anak cucunya buat berhenti merokok. Lha wong dia
(kedua mbah) berhentinya pas uda sakit kanker paru,” ucapku lagi.
“Sori lho pak……. Aku ngandani ngene mergane aku iki khawatir, pengen
sampeyan mandek rokok’ane, syukur-syukur iso mandek. Gak mandek yo gak popo,
tapi aku ngelingno maneh, eman. Pancen ngerokok iku hak e uwong sih” ucapku
lagi.
“Jare Edwin vape pembakarane gak sempurna pak Dat…. Bla blab la bla bla….
(aku menceritakan apa yang Edwin ceritakan, yang pasti waktu itu aku masih
ingat, kan baru pulang jenguk),” hihihihi…..
Dengan kesalnya, pak Datapun menjawab. “Coba endi wik, onok penelitian e
ta? Kene kasihno ke aku,” ucapnya sembari mengisap vape dalam ruangan.
“Yo aku ndak duwe penelitian e lah pak, iki aku dapat info dari Edwin,
iku Edwin sakit pak, dia kebanyakan menghirup asap rokok n vape e arek-arek. Kan
Edwin gak rokok’an pak. Otomatis piye iki nok ruangan sing ndak rokokan, aku,
pak marno, pak imam, bu trin, bu tatik n mas dwindri,” kataku kesal.
“Aku yo pak, biyen onok sing ngenalno ke aku. Pas SMA onok sing ape
nyomblangin aku, ngenalkan cowok. Q Tanya ke temanku cewek, anaknya rokok’an
gak Yov? (temanku Yovie, cewek).
“Iyo Dewa, anaknya rokok’an, tapi anaknya ganteng lho…..,” kata Yovie.
“Enggak Yov,” jawabku.
Otomatis temanku agak kecewalah yaa….. atau kalo gak merokok, pertanyaan
kedua yang aku lontarkan adalah, apa dia rajin sholat? Atau gimana sholatnya?
Hahaha……. Sampai-sampai temanku bilang yo repot Dewa iki, angel…… cari
ustad ae, hahaha……
Padahal aku sih santai sajalah….. no rokok, no tindik, no tato, no
miras, rajin sholat, baik, itu yang utama, hehehe…..
Aku bercerita begitu, pak Data dan mas Dwindri hanya senyum-senyum,
manggu-manggut. Hahahaha…..
Waktu berlalupun mengantarkan bidang kami pada peleburan seksi-seksi.
Yup, awal tahun 2020 bidang PKP meleburkan diri, pun bidang Pelayanan Informasi
Publik (PIP) mengalami hal yang sama. Jadi seksi opini publik tadinya ada di
bidang PKP pindah ke bidang PIP, seksi media publikpun masuk ke bidang PKP
sebelumnya dari PIP.
Huuufftttt….. jangan bingung-bingung yaa…. Anggap aja paham, hehe…..
Ya, seksi media publik (radio) merupakan seksi pak Data. Ketemulah aku
kembali sebidang dengannya tapi aku bukan staf langsung dia. Dan alamat kerjaku
pun berpindah ke radio, di gang sebelah kantorku, Jalan Suroyo.
Singkat cerita, kepindahanku ke radio aku duduk dengan Carolina. Saat aku
dan Carolina bercerita-cerita, datanglah pak Data ikut ngobrol di tempat kerja
kami.
“Kok gak pernah kelihatan sampeyan ngevep pak? (vape) maksudnya,”
sapaku.
“Endi wik, aku wes leren ndak rokok’an maneh,” jawabnya.
Langsung aku heboh dan syok kali ya, dengan pengakuannya jawabnya
seperti itu.
“Hah……. Sampeyan gak ngerokok pak? Mulai kapan pak??? Opo’o kok
berhenti?,” balasku kaget.
“Yo aku piker-pikir, sedino ngerokok paling gak habis 30 ribu. Iku
sedino, lek sebulan, yo kurang lebih 900 ribu. Akeh pisan yo? Terus aku mikir,
iku duwit, durung kesehatan, paruku, jantungku,” jawab pak Data sambil menghela
nafas panjang.
“Lho pak, Alhamdulillah…. Melu seneng lho aku pak…… ngunu talah sampeyan
ndak ket biyen ae mandek rokok’an. Lak tambah ganteng,“ jawabku sumringah
melihat salah satu teman kantor berhenti merokok.
“Terus pak, uang e sampeyan utuh 900 ribu dunk, lumayan gak usa dikasih
ke bojo e peyan pak, kan duwit lanang, hehe…..,” kataku.
“Iyolah wik, lumayan, aku iso njajan-njajan shopee,” kata pak Data.
Hahaha….. kamipun tertawa.
Sampai bulan September 2020, bulan ke sembilan dia berhenti merokok atau
ngevape patut diacungi 2 jempol.
“Semoga istiqomah yo pak,” kataku ke dia.
Yaa, pak Data merupakan orang kedua setelah mas kandungku berhenti
merokok, karena adeknya dan temannya.
Alhamdulillah yaa…. Jangan ada rokok diantara kita. Semangat yaa bagi
teman-teman yang mau berhenti merokok, nih aku kasih tips dan trik.
1. ingatlah keluargamu, kalau rokok saja membuatmu enak, tapi mengapa
saat kamu sakit akibat merokok, malah keluargamu yang menanggungnya L
2. ingatlah keluargamu, mereka tak merokok, tapi menghirup asap rokokmu
yang jauh beresiko lebih para daripada perokok aktif L
3. ingatlah keluargamu, kamu secara tidak langsung memberikan contoh
tidak baik pada anak-anakmu. Tapi kamu marah saat anakmu mengenal rokok dan
ikut menikmatinya L (bapakku
saja rokok’an, kenapa aku gak boleh merokok juga???)
Yang pasti ngerokok itu gak ada gunanya guys, jangan beranggapan gak
rokok gak keren, gak macho, gak lanang. Otak gak bisa mikir, gak bisa kerja,
ruwet.
Enggak yaa guys, buktinya kamu bisa lebih berhemat ratusan ribu rupiah
dan akhirnya belanja-belanja, iiihhh…. Keren guys J
Otak gak bisa mikir, gak bisa kerja, itu kan keruwetan pikiranmu
sendiri. Huufffttt…..
Udahlah, yang penting pokoknya berhenti aja dulu, cobain, rasain,
nikmatin nanti kamu bakal bahagia lahir dan batin. Aamiin YRA.